Profil Saya

Foto saya
Pekanbaru, Riau, Indonesia
Mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarief Kasim Riau

Kamis, 14 November 2013

prinsip-prinsip komunikasi


PRINSIP – PRINSIP KOMUNIKASI
 
1.       Komunikasi berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan
                Ketika berkomunikasi dengan seseorang tidak harus selalu menggunakan unsur kesengajaan. Namun dalam komunikasi itu sendiri terdapat tingkat kesengajaannya. Mulai dari komunikasi yang sistematis sampai pada komunikasi yang tidak sistematis. Contoh kongkret dari komunikasi yang disengaja adalah pidato yang disampaikan dihadapan publik, disana semua orang akan melihat apa yang disampaikan pembicara. Hingga komunikasi yang disampaikan benar – benar disadari dan direncanakan. Ketika pertanyaan diputar, seperti apa contoh dari komunikasi yang tidak disengaja?.
 Contoh sederhana yang dapat kami berikan berdasarkan buku referensi adalah ketika kita melamun sementara orang lain memperhatiakn kita. Meskipun kita bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita akan ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita.
            Dalam berkomunikasi kita akan memiliki kesadaran yang lebih tinggi ketika situasi khusus daripada rutin. Misalnya ketika kita sedang diuji  secara lisan oleh Dosen atau ketika ketika kita berkomunikasi dengan orang luar negri dibandingkan dengan ketika kita besenda gurau dengan adik dirumah. Akan tetapi, komsep “ kesengajaan” ini sebenarnya pelik juga. Misalnya ketika seorang Dosen memberikan kuliah “ Pengantar Ilmu Komunikasi” ia akan tahu dari menit ke menit apa yang diucapkannya, intonasinya, gerak tangannya, dan mimik wajahnya yang akan ditampilkan.
            Tanpa kita sadari dalam berkomunikasi kita menggunakan dua versi, yaitu versi verbal dan nonverbal. Versi verbal telah dijelaskan diparagraf sebelumnya seperti pidato atau ucapan lainnya. Namun seringkali kita melupakan bahwa kita telah menyampaikan pesan kepada orang lain secara non verbal. Misalnya ketika seorang mahasiswa melakukan presentasi didepan kelas atau tim dosen, tanpa disadari ia telah bertolak pinggang dengan sebelah tangannya. Dosen bisa saja mengartikan sikapnya sebagai suatu kegugupan atau ketidaksopanan.
            Contoh lainnya ketika seorang mahasiswi berpakaian ketat dan transparan ketika didalam perkuliahan. Disaat mahasiswi mengumpulkan tugas kedepan dengan menggunakan pakaian yang kurang etis dipakai didunia perkuliahan akan menjadi suatu pesan tersendiri difikiran mahasiswa atau dosen yang melihatnya. Bisa jadi mahasiswi tadi dikatakan sebagai wanita yang berani malu, murahan, nakal, dan penggoda. Prilaku non verbal lainnya seperti postur tubuh yang tegap, dan cara berjalan yang  mantap ketika berjalan ke tika menuju podium untuk berpidato, jabatan tangan yang kuat, gerakan tangan yang bebas saat berbicara, kontak mata dan pakaian yang rapi, boleh jadi tanpa sengaja  mengkomunikasikan suatu pesan , misalnya rasa percaya diri. Sebaliknya orang yang berjalan menunduk dan suara pelan, berpakaian kusut, dapat diartikan sebagai orang yang kurang percaya diri, mesikipun belum tentu 100 % fikiran itu belum benar.
            Ketika kita ingin berpidato, bisa saja kita latihan optimal dihadapan cermoin dan meminta pendapat teman tentang penampilann yang kita tampilkan. Namun disaat kita sudah berada dalam podium semua itu akan menjadi hilang. Tanpa kita sadari  sikap kita menimbulkan penafsiran bagii setiap orang. Gerakan memasukkan tangan kedalam saku, melihat ke langit – langit atap, berulang – ulang kali mengetuk – ngetuk podium. Komunikasi telah terjadi saat penafiran telah berlangsung.                             
            Kadang – kadang komunikasi  yang disengaja dibuat tampak tidak sengaja. Banyak pengacara yang menaganjurkan kliennya untuk berpakaian tertentu dalam menghadiri ruang pengadilan. Misalnya dalam suatu pengadilan di Amerika Serikat, Patty Hearst memakai pakain tua dan konservatif, yang meliputi blus yang longgar dan besar, sesuai dengan perintah pengacaranya F.Lee Bailey. Pakaian tua digunakan untuk melunakkan fakta bahwa ia orang kaya, dan blus yang kebesaran digunakan nuntuk memberikan kesan bahwa berat badannya melorot untuk menumbuhkan simpatis para juri.
            Niat atau kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang dalam komunikasi. Sering terjadi kesalahpahaman antara seseorang dengan orang lain karena salah dalam  menafsirkan komunikasi. Tindakan memperlihatkan sol sepatu di Korea, atau menyentuh wanita ndi Arab Saudi yang diperkenalkan kepada anda yang sebenarnya tidak anda sengaja, dapat menyampaiakn pesan negatif yang menghambat pertemuan tersebut.
2.      Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu
            Komunikasi juga dipengaruhi oleh iklim,suhu,intensitas cahaya dan sebagainya. Apabila kita berkomunikasi dengan seseorang kita juga harus memperhatikan suasana atau keadaan,tempat,dan waktu. Sebagai contoh yang segnifikan, ketika kita berbicara dengan seseorang  misalkan saja didalam masjid kita dituntut untuk berbicara dengan sopan, jangan tertawa terbahak-bahak, lalu memakai pakaian yang mencolok karena masjid itu tempat untuk beribadah, jadi tidak wajar kalau kita memakai pakaian yang dapat membuat konsentrasi orang untuk beribadah terganggu.
           
           
            Kemudian waktu, seperti contohnya suatu pesan atau dering telepon pada tengah malam atau dini hari, akan dipresepsikan lain apabila pada siang hari, terkecuali dalam keadaan darurat, misalnya untuk mengabarkan orang yang sakit keras, kecelakaan, atau meninggal dunia, ataupun upaya orang yang berniat jahat. Kunjungan seorang mahasiswa laki-laki kepada teman kuliahnya yang perempuan pada malam minggu mempunyai arti yang berbeda dengan keadaan dimalam biasa.
            Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim,suhu,intensitas cahaya,dan sebagainya), waktu,sosial, dan psikologis. Topik-topik yang lazim dipercakapan di rumah,tempat kerja, atau tempat hiburan seperti “lelucon,” “acaratelevisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa kurangsopan bila dikemukakan di masjid. Tertawa terbahak-bahak atau memakai pakaian dengan warna menyala seperti merah, sebagai perilaku nonverbal yang wajar dalam suatu pesta dipersepsi kurang beradab bila hal itu ditampakkan dalam acara pemakaman. Seorang tamu yang diterima penghunidi halaman rumah menunjukan tingkat penerimaan yang berbeda bila dibandingkan dengan penerimaan diteras, di ruang tamu, ruang tengah, dan di kamar pribadi. Seorang kiai NU pernah mengemukakan: “Bila ia kawan saya, saya akan menerimanya di dalam rumah; bila ia orang yang belum saya kenal, saya akan menerimanya di teras, dan bila ia “musuh” saya, saya akan menerimanya di perkarangan.”
            Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan. Dering telepon pada tengah malam atau dini hari akan dipersepsikan lain bila dibandingkan dengan dering telepon pada siang hari. Dering telepon pertama itu mungkin berita sangat penting (darurat), misalnya untuk mengabarkan orang yang sakit keras, kecelakaan, atau meninggal dunia, atau upaya orang jahat untuk mengetes apakah di rumah ada orang atau tidak. Kunjungan seorang mahasiswa kepada teman kuliahnya yang wanita pada malam minggu akan dimaknai lain dibandingkan dengan kedatangannya pada malam biasa.
           


            Kehadiran orang lain, sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi orang-orang yang berkomunikasi. Misalnya, dua orang yang diam-diam berkonflik akan merasa canggung bila tidak ada orang sama sekali di dekat mereka. Namun hubungan mereka akan sedikit mencair bila ada satu atau beberapa orang di antara mereka. Bahkan mereka bisa saling menyapa lagi seolah-olah tidak ada perselisihan di antara mereka. Pengaruh konteks waktu dan konteks sosial terlihat pada suatu keluarga yang tidak pernah tersenyum atau menyapa siapa pun pada hari-hari biasa, tetapi mendadak menjadi ramah pada hari lebaran. Penghuni rumah membuka pintu rumah mereka lebar-lebar, dan mempersilakan tamu untuk mencicipi makanan dan minuman yang mereka sediakan.
            Suasana psikologis peserta komunikasi tidak pelak mempengaruhi juga suasana komunikasi. Komentar seorang istri mengenai kenaikan harga kebutuhan rumah tangga dan kurangnya uang belanja pemberian suaminya yang mungkin akan di tanggapi dengan kepala dingin oleh suaminya dalam keadaan biasa atau keadaan santai, boleh jadi akan membuat sang suami berang bila istri menyampaikan komentar tersebut saat suami baru pulang kerja dan baru dimarahi habis-habisan oleh atasannya hari itu.
3.      Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
            Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya, orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat.
            Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya. Anda tidak dapat menyapa orangtua Anda atau dosen Anda dengan “Kamu” atau “Elu,” kecuali bila Anda bersedia menerima risikonya, misalnya dicap sebagai orang yang kurang ajar. Anda juga tahu apa yang harus anda katakan (“Terima Kasih”) ketika Anda menerima hadiah dari orang lain atau ketika Anda menyenggol seseorang tanpa sengaja (“Maaf”). Anda juga tahu aturan jam berapa Anda harus menelepon atau bertamu kepada seseorang atau seberapa lama toleransi keterlambatan Anda ketika Anda bertemu dengan seseorang.
           


            Prinsip ini mengasumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada keteraturan pada perilaku komunikasi manusia. Dengan kata lain, perilaku manusia, minimal secara parsial, dapat diramalkan. Kalau semua perilaku manusia itu bersifat acak, selalu tanpa diduga, hidup kita akan sulit. Setiap bangun tidur, kita akan merasa cemas dan takut, karena kita tidak dapat menduga apa yang akan orang lakukan terhadap kita. Bagaimanapun, ketika Anda memasuki sebuah toko, Anda dapat menduga bagaimana perilaku verbal dan nonverbal si pelayan toko yang tidak Anda kenal. Ia tidak mungkin tiba-tiba memukul Anda. Juga, tidak mungkin orangtua, suami atau istri Anda tiba-tiba menendang Anda begitu Anda tiba di rumah sore hari, padahal pagi hari sebelum Anda berangkat kuliah atau kerja Anda pamit kepada mereka dengan hangat.

Definisi Komunikasi


Defenisi komunikasi
 
          Menurut Gerald R.Miller komunikasi adalah terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka.
          Menurut Onong Uchjana Effendi komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media).
            Menurut Roger  Stuart G.W (1998), Komunikasi adalah suatu hububgan yang dapat menimbulkan perubahan sikap, tingkah laku, serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertiam dari orang yang terlibat dalam komunikasi.
            Menurut Kozier (1995), komunikasi adalah pertukaran informasi antar dua atau lebih manusia dengan kata lain, pertukaran ide dan fikiran.
            Menurut William abliq komunikasi adalah proses pengoperan lambang yang memiliki arti diantara individu. Car I . Hovland berpendapat bahwa komunikasi adalah proses ketika seorang individu (komunikator) mengoper perangsang untuk mengubah tingkah laku individu yang lain.
            Analisis pengertian komunikasi dan lima unsur komunikasi menurut Harold Lasswell komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Dengan akibat atau hasil apa? (who? Say what? In with vhannel? To whom? With what effect? Lasswell 1960).
            Analisis lima unsur menurut Lasswell :
  1. Who? (siapa/sumber/sourch)
Sourch adalah pelaku utama yang memulai suatu komunikasi dengan menyampaikan pesan kepada komunikan.

  1. say what (pesan)
pesan adalah isi informasi yang berupa seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, dan gagasan.
  1. In with channel adalah wahana media atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
  2. To whom (untuk siapa/penerima) adalah orang penerima pesan dari sumber.
  3. With what effect (dampak/efek).
Dampak atau efek yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap.
Dari pengertian komunikasi di atas dapat kami paparkan sebuah contoh komunikasi.
Contoh : komunikasi antara dosen dengan mahasiswa.
Dosen sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan di sampaikan kepada mahasiswa atau komunikan. Setelah itu dosen juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi, baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (media). Setelah itu dosen harus menyesuaikan topik yang sesuai dengan mahasiswa/komunikan, juga harus menentukan tujuan komunikasi agar terjadi dampak pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.